|
Img source: www.inside-rge.com |
Kelapa sawit merupakan salah satu industri yang digeluti oleh
Royal Golden Eagle (RGE). Salah satu anak perusahaannya yang bergerak di bidang tersebut adalah Asian Agri. Mereka konsisten memberi dukungan pertanian berkelanjutan kepada para petani dengan membagikan insentif.
RGE lahir dengan nama Raja Garuda Mas pada 1973. Mereka dikenal sebagai korporasi yang menggeluti industri sumber daya. Kelapa sawit bukan satu-satunya bidang yang ditekuni. Royal Golden Eagle juga memiliki anak-anak perusahaan yang berkiprah di bidang pulp and paper, selulosa spesial, viscose fibre, serta minyak bumi dan gas.
Berkat itu semua, RGE sudah menjadi perusahaan skala internasional. Asetnya mencapai 18 miliar dolar Amerika Serikat dan membuka lapangan kerja untuk sekitar 60 ribu karyawan.
Bukan hanya itu, cabangnya juga tidak hanya ada di Indonesia. Anak perusahaan Royal Golden Eagle juga ada di Singapura, Tiongkok, Malaysia, Filipina, Brasil, serta Kanada.
Hal itulah yang mendasari alasan transformasi nama dari Raja Garuda Mas menjadi RGE pada 2009. Langkah tersebut dirasa perlu untuk memperlihatkan tekad Royal Golden Eagle untuk berkiprah di pasar global.
Keberlanjutan dan tanggung jawab kepada alam menjadi perhatian besar di tubuh Royal Golden Eagle. Tak heran, pelaksanaannya selalu didukung. Ini diperlihatkan secara nyata oleh Asian Agri yang rela mengucurkan insentif kepada para petani yang menjalankan perkebunan berkelanjutan.
Langkah itu rutin dilakukan oleh Asian Agri sejak 2014. Kala itu, mereka membagikan sebagian dari keuntungan penjualan kelapa sawit selama 2013 kepada para petani kelapa sawit.
Jumlah yang dibagikan juga cukup besar. Asian Agri mengucurkan uang hingga Rp2,2 miliar untuk dibagikan kepada para petani. Secara khusus, dana yang disebut sebagai premium sharing atau premi minyak sawit lestari tersebut dibagikan kepada 4 estate petani plasma. Area itu mencakup 43 koperasi.
Sesudah itu, Asian Agri selalu membagikan premium sharing secara rutin. Contoh terbaru pada Desember 2016. Kala itu, anak perusahaan RGE tersebut mengeluarkan insentif sampai Rp2,6 miliar. Dana itu mereka bagikan kepada enam asosiasi Koperasi Unit Desa (KUD) yang menaungi 71 KUD petani plasma binaannya. Jika ditotal, ada 29 ribu petani yang mendapatkan manfaatnya.
"Dana tersebut merupakan insentif dari penjualan minyak sawit berkelanjutan yang diserap oleh pasar internasional selama tahun penjualan 2015. Hal ini juga membuktikan konsistensi kami dalam penerapan praktik pengelolaan kebun sawit berkelanjutan. Apalagi pasar Eropa sangat terbuka bagi produk-produk kelapa sawit dari perkebunan yang memenuhi prinsip keberlanjutan," kata Direktur Asian Agri, Freddy Widjaya, di Sawit Indonesia.
Perlu diketahui, selama ini pasar internasional khususnya Eropa mewajibkan produsen produk kelapa sawit mampu menunjukkan bukti pengelolaan perkebunan secara berkelanjutan. Jika tidak, produknya tidak boleh dipasarkan.
Asian Agri yang merupakan salah satu pemain besar dalam industri kelapa sawit dunia mematuhi aturan tersebut. Apalagi hal itu sejalan misi mereka untuk ikut aktif menjaga kelestarian alam.
Akibatnya anak perusahaan RGE itu mengelola perkebunannya dengan berbagai cara yang ramah terhadap alam. Upaya itu dibuktikan dengan meraih sertifikat berkelanjutan seperti Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Namun, Asian Agri tidak hanya menerapkan pertanian berkelanjutan dalam 100 ribu hektare perkebunan yang dikelola sendiri. Mereka juga menularkan cara serupa kepada para petani plasma yang menangani 60 ribu hektare. Itulah yang membuat para petani plasmanya akhirnya mampu mendapatkan insentif minyak sawit lestari.
PETANI MEMPEROLEH KEUNTUNGAN
|
Img source: www.inside-rge.com |
Sistem pertanian kelapa sawit yang berkelanjutan sudah diadopsi oleh para petani plasma Asian Agri. Unit bisnis bagian Royal Golden Eagle itu berhasil melakukannya sesudah mendapat pendampingan intensif dari perusahaan induknya tersebut.
Para petani tidak merasa keberatan dalam melaksanakannya karena mendapat keuntungan besar. Satu yang utama adalah kepastian bahwa hasil perkebunan mereka pasti akan diterima di pasar internasional.
Sebagai pembuktian, para petani plasma bahkan didampingi untuk mendapatkan sertifikat RSPO. Ketika sudah mengantonginya dipastikan Tandan Buah Segar yang dihasilkan bisa diterima di pasaran.
Namun, ada keuntungan besar lain yang diperoleh oleh para petani plasma jika menjalankan sistem pertanian berkelanjutan. Selain mudah menjual Tandan Buah Segar (TBS), harga penjualannya juga lebih tinggi empat persen ketika dijual ke Asian Agri.
Tidak mengherankan para petani menyambut baik pelaksanaan sistem pertanian kelapa sawit berkelanjutan. Ini diungkapkan oleh salah seorang petani asal Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau, Antonious Tulus.
"Praktik RSPO yang telah diberlakukan sejak 2012 menguntungkan bagi petani karena bisa mendapatkan pembinaan bagaimana menjalani perkebunan berkelanjutan. Hal ini berdampak kepada peningkatan produksi yang diiringi dengan perbaikan tingkat kesejahteraan," kata Tulus.
Dana insentif pertanian sawit lestari yang dibagikan bisa dimanfaatkan oleh para petani untuk berbagai keperluan. Asian Agri berharap petani plasma bisa menggunakannya untuk kepentingan petani secara kolektif seperti untuk perbaikan infrastruktur desa, pelatihan perkebunan ramah lingkungan, peningkatan kapasitas petani, maupun hal lain yang bisa mendorong kesejahteraan.
Pada kenyataannya para petani memang memakai dana premium sharing untuk kepentingan bersama yang mendukung pertanian. Tulus misalnya mengakui uang tersebut digunakan untuk membeli sarana penunjang perkebunan dan pengoperasian koperasi.
"Kami menggunakannya untuk kelengkapan kerja bagi para petani seperti membeli sepatu safety, helm, laptop, dan sound system untuk KUD yang sering mengadakan perkumpulan," papar Tulus.
Pemberian insentif pertanian sawit lestari semacam ini memang diharapkan oleh Asian Agri mampu merangsang para petani untuk melakukan perkebunan berkelanjutan. Dana insentif menjadi bentuk apresiasi perusahaan kepada petani plasma.
"Lewat kemitraan ini, Asian Agri mampu mendampingi petani secara konsisten untuk memperoleh hasil yang optimal dan berkelanjutan sehingga memperoleh kepastian akses dan pasar ekspor," ucap Freddy.
Sejak 2011, Asian Agri memang sudah gencar mendampingi petani plasma dalam pertanian berkelanjutan. Secara khusus, mereka membantu petani untuk mampu meraih sertifikat RSPO dan International Standard for Carbon Certification (ISCC).
Namun, Asian Agri tidak membatasi dukungan hanya kepada petani plasma. Mereka juga mengampanyekan pertanian berkelanjutan kepada para petani swadaya.
Hal ini dirasa penting karena jumlah petani swadaya juga tidak sedikit. Alhasil, dampak kegiatan pertanian mereka akan besar. Bayangkan saja jika mereka mampu menjalankan perkebunan yang berkelanjutan. Tentu saja efek positifnya terhadap alam sangat signifikan.
Terkait hasil tersebut, prestasi membanggakan diraih oleh Asian Agri. Mereka berhasil mendampingi petani swadaya untuk memperoleh sertifikat RSPO. Mereka adalah Asosiasi Amanah yang meraihnya pada 2013. Asosiasi yang membawahi 349 petani itu akhirnya menjadi kelompok petani swadaya pertama di Indonesia yang meraih sertifkasi RSPO.
Kesuksesan itu membuat Asian Agri semakin bersemangat untuk menyebarkan semangat pertanian kelapa sawit berkelanjutan ke pihak-pihak lain. Sebagai bentuk rangsangan, dana insentif pertanian sawit lestari terus dibagikan unit bisnis Royal Golden Eagle tersebut kepada para petani yang mampu menjalankannya.